Thursday 18 February 2016

 "Crying help me slow down and obsess over the weight of life's problems"- Sadness

Plot

Memperlihatkan bagaimana kinerja lima emosi yang berada di kepala Riley (Kaitlyn Dias) dalam usia nya yang 11 tahun. Kelima emosi tersebut adalah Joy (Amy Poehler), Sadness (Phyllis Smith), Anger (Lewis Black), Disgust (Mindy Kaling) dan Fear (Bill Hader)




Review

Setelah menyaksikan karya teranyar dari Pixar ini, gw bisa mengerti mengapa salah satu komika favorit gw Pandji Pragiwaksono begitu mencintai rumah studio untuk film animasi ini. Pertama-tama, perlu diketahui bahwa beberapa karya Pixar belakangan ini tidak terlalu menggembirakan. Setelah Toy Story 3, praktis film-film seperti Monster University, dan terutama Cars 2 bukanlah karya terbaik dari Pixar sehingga banyak orang yang menilai sentuhan magis Pixar mulai memudar. Hingga Pixar mengumumkan akan merilis Inside Out di tahun 2015. Menurut gw, semua penikmat film akan setuju satu faktor dimana Pixar selalu berhasil adalah keahlian mereka dalam ranah emosi, dan ketika kita mengetahui Inside Out bermain-main dalam ranah tersebut, viola, Inside Out menjadi salah satu film yang begitu dinantikan di tahun kemarin.
Selama gw mengikuti jejak filmography Pixar, gw menilai Wall-E (2008) yang disutradarai dan di tulis oleh Andrew Stanton tersebut tetaplah yang terbaik. Cerita akan sebuah robot pengumpul sampah sampai mengkritisi kehidupan manusia yang terlalu tergantung akan teknologi merupakan cerita yang jenius sampai gw berpikir Pixar tidak akan bisa membuat karya yang brilian seperti ini lagi. Dan kemudian Pete Docter mencetuskan sebuah ide yang mendasari terciptanya Inside Out. ”Do you ever look at someone and wonder, “What is going on inside their head?”” Ya, menurut gw kalimat tersebut (yang juga diucapkan oleh karakter Joy di film ini) adalah kalimat pertama Pete Docter ketika mengutarakan ide nya kepada para petinggi Pixar. Sebuah kalimat yang sederhana dan kemudian di kembangkan oleh Pete Docter dengan menciptakan lima emosi yang berada di dalam kepala manusia. Pete pun menciptakan sebuah universe tersendiri dalam kepala Riley, seperti headquarters, long term memory, dan beberapa pulau emosi yang berkesan dalam kehidupan Riley. Sangat kreatif dan sama sekali tidak terpikirkan, itulah reaksi pertama gw ketika membaca plot dasar Inside Out. Sekilas akan tampak membingungkan apabila dilihat dari tulisan (terutama untuk anak-anak), tetapi ini adalah film keluaran Pixar sehingga plot yang sedikit membingungkan tersebut pun di kemas dengan sederhana dan begitu menyenangkan untuk diikuti.
Dalam 8 menit pertama, kita diperlihatkan bagaimana Joy, Sadness, Anger, Fear dan Disgust bekerja sama dalam headquarters untuk mengendalikan emosi dari Riley. Setiap karakter akan merespon dan menentukan emosi apa yang harus dikeluarkan Riley dari kejadian demi kejadian yang dialami Riley dengan Joy sebagai ketuanya. Dalam cerita pembuka juga kita akan ikut tertawa melihat momen-momen yang di alami Riley. Sebuah pemanasan yang hebat sebelum memasuki cerita utamanya. Karena setelah itu Pete Docter pun mulai bermain dengan konflik utama nya. Konflik dimana seorang anak harus beradaptasi di lingkungan baru mungkin sudah usang karena entah sudah beberapa film yang mengangkat konflik tersebut, tetapi disitu lah letak kelebihannya juga karena mungkin sebagian besar dari kita juga ikut pernah merasakan konflik yang dihadapi oleh Riley sehingga kita pun dengan mudah terikat dengan karakter ini. Dan juga disini Pete Docter mengemasnya dengan brilian. Sebuah konflik sederhana tersebut disulap menjadi sebuah petualangan yang mendebarkan dan juga mengikut sertakan emosi para penonton setiap menit demi menit berjalan. Entah ada berapa momen yang mampu memecahkan air mata karena membuat gw seolah dipaksa mengingat kembali masa kecil gw, namun tetap adegan yang melibatkan teman imajinasi Bing Bong adalah klimaksnya di mana air mata gw tidak mampu gw tahan lagi. Sebuah adegan hearbreaking terbaik yang pernah di ciptakan Pixar, mungkin hanya mampu bersaing dengan ending dari Toy Story 3. Setiap momen yang mampu meletupkan emosi turut pula dibantu scoring yang digarap oleh Michael Giacchino
Interaksi antar karakter juga tercipta dengan dinamis, terutama interaksi antara lima emosi tersebut dimana Joy dan Sadness menjadi kunci sentral nya. Walaupun begitu tidak berarti Anger, Fear dan Disgust tidak kebagian spotlight. Celetukan-celetukan mereka lah yang paling dominan dalam memunculkan humor di sini sehingga karakter mereka tidak akan mudah dilupakan. Tentunya ini tidak lepas dari pekerjaan yang gemilang dari para pengisi suara tiap karakter, terutama tetap favorit gw Phyllis Smith yang mengisi suara Sadness. Desain karakter lima emosi ini juga di buat dengan menarik dan lucu supaya mampu menggaet penonton anak-anak (gw pribadi lebih menyukai desain karakter dari Sadness yang membuat gw susah menganggap dia sebagai karakter yang menyebalkan).
Gw meyakini satu hal yang mampu dengan mudahnya membuat seseorang larut dalam emosi nya adalah ketika dia diajak untuk kembali mengingat berbagai rekaman masa lalu nya. Dan itu lah yang dilakukan Pixar lewat Inside Out ini. Lewat Inside Out, Pixar berhasil menciptakan sebuah petualangan yang melibatkan emosi dan kenangan-kenangan masa lalu kalian sehingga membuat Inside Out menjadi sajian terbaik Pixar sejauh ini (setelah Wall-E).

                                                            8,75/10


Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!